Peringatan untuk Berhati-Hati terhadap Ahli Kitab – Tafsir Surah Ali Imran 69
Peringatan untuk Berhati-Hati terhadap Ahli Kitab – Tafsir Surah Ali Imran 69 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 26 Rabiul Akhir 1446 H / 29 Oktober 2024 M.
Peringatan untuk Berhati-Hati terhadap Ahli Kitab – Tafsir Surah Ali Imran 69
Kita lanjutkan tafsir dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah. Kita memasuki ayat ke-69. Allah Ta’ala berfirman,
وَدَّتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Sekelompok Ahli Kitab ingin menyesatkan kalian, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 69)
“Sekelompok Ahli Kitab ingin menyesatkan kalian.” Apa maksudnya? Maksudnya disebutkan dalam ayat ke-109, Surah Al-Baqarah, bahwa banyak dari ahli kitab sangat ingin mengembalikan kaum Muslim kepada kekafiran.
Lihat: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 109 – 110
Orang-orang Yahudi di Madinah mengetahui dari Taurat bahwa Nabi terakhir akan muncul dan hijrah ke kota ini. Namun, ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ternyata berasal dari Bani Ismail, bukan dari Bani Israil, mereka dengki dan enggan beriman. Bahkan, kedengkian mereka membuat mereka ingin agar kaum Muslimin kembali kafir. Na’udzubillah.
Selanjutnya Allah berfirman, “Dan tidaklah mereka menyesatkan kecuali diri mereka sendiri.” Menurut Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah, ada dua makna yang disampaikan para mufasir untuk ayat ini.
Pertama, mereka hanya membinasakan diri sendiri karena saat berharap agar orang lain sesat, mereka sudah berdosa dan dengan perbuatan ini mereka menjadi binasa. Kedua, kesibukan mereka dalam menyesatkan orang lain membuat mereka melupakan diri sendiri, sehingga tak berusaha mencari hidayah untuk dirinya.
Sebagaimana kita lihat, orang yang sibuk menolak kebenaran dan berusaha menyesatkan orang lain cenderung lupa mencari hidayah bagi dirinya.
Maka, dalam ayat ini Allah menyampaikan bahwa Ahli Kitab tersebut sebenarnya menyia-nyiakan waktu mereka sendiri dalam usaha menyesatkan kaum Muslim, sementara mereka kehilangan maslahat bagi diri mereka sendiri.
Inilah yang sering terjadi: orang yang larut dalam hal-hal buruk akan berpaling dari perkara yang bermanfaat.
Dari ayat ini, kita bisa mengambil beberapa pelajaran.
Faedah pertama, ayat ini menjelaskan bahwa Ahli Kitab, khususnya orang Yahudi, mereka selalu memusuhi kaum Muslimin. Mereka terus berusaha menyesatkan kaum Muslimin dengan berbagai cara. Di zaman sekarang, kita lihat banyak media yang dikuasai oleh mereka, dan melalui media ini mereka menanamkan pemikiran-pemikiran yang mengandung syubhat serta berbagai hiburan yang melalaikan. Akibatnya, banyak pemuda Muslim yang terjebak dalam pemikiran dan hiburan yang tidak bermanfaat, seperti game (permainan) yang melalaikan.
Allah telah mengingatkan kita tentang permusuhan ahli kitab dalam banyak ayat Al-Qur’an. Allah berfirman:
وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ…
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada kamu hingga kamu mengikuti millah (ajaran) mereka.” (QS. Al-Baqarah [2]: 120).
Allah tidak mengatakan “Sampai kamu masuk agama mereka,” karena khususnya Yahudi memang tidak menyebarkan agama mereka secara terbuka seperti Nasrani. Namun, mereka suka kalau kaum Muslimin mengikuti tata cara hidup mereka, seperti gaya dan adat mereka. Maka, dengan segala upaya, mereka berusaha agar kaum Muslimin meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara-cara mereka.
Qadarullah.. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memperingatkan bahwa umat Islam akan mengikuti gaya hidup mereka. Beliau bersabda:
لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ
“Sungguh, kalian akan mengikuti tata cara orang-orang sebelum kalian, sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejengkal, hingga kalaulah mereka masuk lubang dhab, niscaya kalian mengikuti mereka.” (HR. Bukhari)
Di tengah kebodohan yang masih tersebar di kalangan kaum Muslimin, banyak dari mereka yang mengikuti gaya hidup Yahudi dan Nasrani. Bahkan, dalam hal sederhana seperti penanggalan, kita masih bergantung pada penanggalan Masehi, padahal Islam memiliki kalender Hijriah sendiri.
Faedah kedua, peringatan agar berhati-hati terhadap Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Mereka senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh menghalangi kaum Muslimin dari agama Islam dengan berbagai cara. Mereka merasa senang apabila umat Islam tersesat atau bahkan menjadi kafir. Sepanjang sejarah, munculnya aliran-aliran sesat dalam Islam sering kali tidak lepas dari peran serta mereka.
Contohnya adalah Syiah, yang pertama kali dimunculkan oleh Abdullah bin Saba, seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Dia awalnya memperlihatkan keshalihan untuk mendapatkan simpati kaum Muslim, lalu menyebarkan tuduhan keji terhadap Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, yang kemudian menyebabkan terbunuhnya khalifah ketiga ini. Setelah itu, Abdullah bin Saba menyebarkan pemahaman bahwa Ali bin Abi Thalib adalah khalifah yang seharusnya, bahkan mengklaim bahwa Ali adalah Tuhan. Keyakinan ini membuat Ali bin Abi Thalib membakar hidup-hidup pengikut Saba yang menganggapnya Tuhan.
Contoh lainnya adalah kelompok Qadariyah yang menolak konsep takdir. Menurut Yahya bin Ma’mar, orang yang pertama kali menyebarkan pemikiran ini di Basrah bernama Ma’bad Al-Juhani, yang mendapat pengaruh dari seorang Nasrani bernama Susan. Upaya untuk menyesatkan kaum Muslimin oleh ahli kitab tidak pernah berhenti, bahkan berlanjut hingga kini.
Misalnya, Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang yang dicuci otaknya oleh penjajah Inggris dan dikirim kembali ke tengah kaum Muslimin di India. Awalnya, ia berdakwah mengatasnamakan Al-Qur’an dan Sunnah, namun perlahan menolak konsep jihad melawan Inggris, kemudian mengaku sebagai Imam Mahdi, dan akhirnya menyatakan dirinya sebagai nabi. Semua itu didukung oleh penjajah Inggris untuk mengacaukan aqidah umat.
Tasawuf juga mendapat dukungan dari Yahudi dan pihak lain yang ingin merusak Islam karena mereka mengetahui pengaruh negatifnya terhadap aqidah Islam. Maka aliran-aliran sesat lainnya selalu didukung oleh mereka.
Contoh lain adalah ISIS yang dibentuk Amerika. Mereka dibentuk untuk merusak citra Islam dengan menggambarkan Islam sebagai agama yang keras, suka mengkafirkan, dan penuh kekerasan. Semua ini dilakukan untuk menyerang dakwah sunnah.
Mereka akan terus memerangi dakwah sunnah dengan sekuat tenanga, berdasarkan firman Allah ini, “Mereka ingin sekali menyesatkan kalian,” yang bukan hanya berarti menginginkan kaum Muslim murtad, tetapi juga tersesat dalam aqidah, ibadah, akhlak, serta muamalah. Semua aspek kehidupan kaum Muslimin berusaha dirusak hingga menjauh dari jalan Islam yang lurus.
Faedah ketiga, Allah akan membalas kejahatan sesuai dengan perbuatan pelakunya. Ketika Ahli Kitab berusaha menyesatkan umat Islam, Allah berfirman, “Dan tidaklah mereka menyesatkan kecuali diri mereka sendiri.” Meski ada sebagian umat Islam yang murtad, hal itu tidak akan merugikan Islam. Allah memberi kabar gembira dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ…
“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah” (QS. Al-Ma’idah [5]: 54).
Umat Islam yang meninggalkan agamanya tidak akan merugikan Islam. Saat ini, meski di beberapa negara ada yang murtad, di Eropa dan Amerika banyak yang justru menerima Islam, membuktikan bahwa Islam tetap berkembang. Allah selalu mencintai hamba yang tulus mencintai-Nya.
Usaha Amerika dan sekutunya untuk menghancurkan Islam pun gagal. Saat WTC runtuh, mereka mencoba menyalahkan Islam dengan mengaitkan peristiwa tersebut pada simbol-simbol tertentu, seperti jenggot, pakaian di atas mata kaki, dan cadar, seolah-olah semuanya ciri kekerasan. Namun, tujuan mereka untuk memerangi sunnah justru tidak tercapai. Orang yang mengikuti sunnah semakin bertambah; yang bercadar, berjenggot, dan berpegang teguh pada sunnah semakin banyak. Mereka sudah menginfakkan harta yang banyak untuk memerangi Islam, tapi ternyata semua sia-sia. Sebagaimana firman Allah,
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Mereka akan terus menginfakkan, tetapi kemudian akan berujung pada kekalahan dan penyesalan bagi mereka.” (QS. Al-Anfal [8]: 36)
Oleh karena itu, kewajiban kita adalah tetap sabar dan bertakwa. Allah berfirman,
… وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا…
“Jika kamu terus bersabar dan terus bertakwa, maka tipu muslihat mereka tidak akan membahayakan kalian sedikit pun.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 120)
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian Tentang Peringatan untuk Berhati-Hati terhadap Ahli Kitab – Tafsir Surah Ali Imran 69
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54659-peringatan-untuk-berhati-hati-terhadap-ahli-kitab-tafsir-surah-ali-imran-69/